Friday, June 9, 2017

Seni Budaya Lokal PRA-ISLAM

Produk seni budaya pra-Islam di Nusantara dapat di bedakan dalam kategori kurun waktu, yakni seni budaya yang berasal dari masa prasejarah, masa kontak dengan tradisi besar Hindu, dan seni budaya etnik lokal yang masih ada sampai sekarang, yang diasumsikan berakar jauh ke masa lampau.

Dari kurun prasejarah, kehidupan seni budaya di tandai oleh pendirian monument-monumen seremonial, baik berukuran kecil, sedang maupun besar, yakni berupa peninggalan yang dibuat dari susunan batu. Salah satu rekayasa arsitektur yang dianggap berasal dari tradisi megalit atau prasejarah adalah pendirian bangunan yang umum disebut dengan teras berundak (teras piramida), seperti terdapat di Gunung Padang (Cianjur dan Sukabumi). Peninggalan sejenis ini ditemukan di berbagai plosok Nusantara. Bangunan teras berundak berasosiasi dengan satu atau beberapa jenis unsur megalit lainnya, seperti menhir, arca batu, altar batu, batu lumpang, dakon batu dan lain-lain. Beberapa batu dari bangunan teras berundak itu diukur/dipahat dengan unsur dekoratif tertentu.

Seni utama dunia Islam, kaligrafi, mozaik, dan arabesk sampai di Nusantara sebagai unsur seni baru. Pada seni pahat juga tampak variasi dan pembauran antara anasir asing dan lokal, termasuk pra-Islam. Ini tampak pada hasil seni pahat makam dengan kandungan kreativitas lokal (Barus, Limapuluh Kota, Binamu), Hindu (Troloyo, Gresik, Airmata, dan Astatinggi), dan Asing (Pasai, Aceh, Ternate Tidore). Secara tipologis, nisan-nisan makam muslim Nusantara memperlihatkan tipe-tipe Aceh, Demak Troloyo, Bugis Makassar, dan tipe-tipe lokal.